Berdasarkan rapat paripurna DPR dan setelah demonstrasi massa dan mahasiswa berubah jadi anarkis, akhirnya diputuskan bahwa pemerintah menunda kenaikan harga BBM hingga enam bulan ke depan. Kenapa juga harus menunggu aksi massa menjadi anarkis dan merusak banyak fasilitas umum dan gedung DPR baru mau mendengar aspirasi rakyat? Kalau sudah begini kan percuma juga menunda kenaikan BBM, tapi banyak dana yang harus dikeluarkan untuk perbaikan berbagai fasilitas. Perbaikan pagar gedung DPR saja akan menghabiskan dana lima milyar.
Tanpa dibarengi dengan kenaikan penghasilan penduduk, tentu akan menjadi masalah besar. Masyarakat akan semakin kesulitan bahkan untuk hanya sekedar memenuhi kebutuhan pokok. Selanjutnya angka kemiskinan dan gizi buruk akan semakin bertambah. Sungguh ironis, Indonesia yang kaya dengan segala sumber daya alam hayati dan migas, dan memiliki putera bangsa yang memiliki kapasitas kecerdasan yang luar biasa akan mengalami hal semacam itu.
Penundaan kenaikan harga BBM bersubsidi ini berdampak pada kenaikan harga BBM non subsidi. Harga pertamax saat ini sudah mencapai lebih dari sepuluh ribu per liter. Sudah barang tentu kalangan menengah keatas pun, para pemakai mobil, yang menganggap harga pertamax terlalu mahal akan beralih ke BBM bersubsidi. Dan tidak tanggung-tanggung, satu mobil bisa mengkonsumsi 30 liter bensin setiap kali pengisian. Pemborosan subsidi lagi.
0 komentar:
Posting Komentar